Pagi masih begitu muda,
Embun masih membasahi dedaunan
Dingin masih tajam menusuk tulang
Derap tapak kaki,
terseret lunglai enggan melangkah
antara letih dan beban
memaksa mata tuk menyala
Dipundak kanan tersandang Sapu lidi
Tangan kiri menggenggam kantong usang dan kumuh
sementara topi jerami penutup kepala
dari embun dan teriknya mentari
Kau begitu tegar,
menyongsong hari demi sesuap nasi
membesarkan anak-anakmu,
yang hanya mampu meminta dan mengharap
Kau sapu tiap lorong dan jalan
dari kotoran dan debu jalanan
Kau pungut apa yang berharga bagimu
walau tak berarti bagi mereka
Ketika mentari mulai tegak
kau sembunyikan kepala dari sengatannya
tak kau hiraukan debu-debu menyapu wajah
tak kau hiraukan keringat mengering dibadan
Saat senja mulai merayap,
kau langkahkan kaki menahan lelah
ada ceria dan gundah
saat menatap wajah-wajah mungil,
menantimu penuh harap
Tak terasa,
tetes air bening,
meluncur tak terbendung
menyaksikan mereka memeluk perut
meringis menahan lapar
Disudut teras beralas kardus,
Istrimu gundah menanti kabar
tak mampu lagi menahan tangis
menatap anak-anak menyambut pulangmu
Ketika malam mulai merambat
kau tatap tubuh-tubuh mungil tertidur pulas
wajah-wajah suci mereka tanpa dosa
tidur dalam buaian mimpi esok hari
dalam pelukan ibunya
Kau tengadahkan wajah kelangit-langit kamar
terbersit doa,
terbersit harapan,
agar esok mampu membahagiakan mereka
agar esok mampu membuat mereka ceria
walau kaki dan tubuh terbakar terik mentari
amin ......
(chaz291108)
Embun masih membasahi dedaunan
Dingin masih tajam menusuk tulang
Derap tapak kaki,
terseret lunglai enggan melangkah
antara letih dan beban
memaksa mata tuk menyala
Dipundak kanan tersandang Sapu lidi
Tangan kiri menggenggam kantong usang dan kumuh
sementara topi jerami penutup kepala
dari embun dan teriknya mentari
Kau begitu tegar,
menyongsong hari demi sesuap nasi
membesarkan anak-anakmu,
yang hanya mampu meminta dan mengharap
Kau sapu tiap lorong dan jalan
dari kotoran dan debu jalanan
Kau pungut apa yang berharga bagimu
walau tak berarti bagi mereka
Ketika mentari mulai tegak
kau sembunyikan kepala dari sengatannya
tak kau hiraukan debu-debu menyapu wajah
tak kau hiraukan keringat mengering dibadan
Saat senja mulai merayap,
kau langkahkan kaki menahan lelah
ada ceria dan gundah
saat menatap wajah-wajah mungil,
menantimu penuh harap
Tak terasa,
tetes air bening,
meluncur tak terbendung
menyaksikan mereka memeluk perut
meringis menahan lapar
Disudut teras beralas kardus,
Istrimu gundah menanti kabar
tak mampu lagi menahan tangis
menatap anak-anak menyambut pulangmu
Ketika malam mulai merambat
kau tatap tubuh-tubuh mungil tertidur pulas
wajah-wajah suci mereka tanpa dosa
tidur dalam buaian mimpi esok hari
dalam pelukan ibunya
Kau tengadahkan wajah kelangit-langit kamar
terbersit doa,
terbersit harapan,
agar esok mampu membahagiakan mereka
agar esok mampu membuat mereka ceria
walau kaki dan tubuh terbakar terik mentari
amin ......
(chaz291108)