Gulungan ombak itu datang bagaikan raksasa mengamuk,
Menerpa dan menerjang apa yang menghalang,
Menyapu rata ribuan manusia dalam jeritan
Semua hanyut laksana sampah tak berdaya
Bencana datang bagaikan mimpi,
Hanya sekelip mata semuanya rata,
Menyatu dengan lumpur,
Merambah ditiap sudut pandang
Sesaat aku terjaga,
Setelah lelah dalam perangkap bencana
Setiap sudut yang kupandang,
Semua musnah,
Hanya hamparan datar penuh limbah
Berbekal segumpal semangat,
Aku melangkah gontai tanpa arah
Dan tersesat dikampung halamanku
Meraba diantara puing-puing
Melangkah antara jasad yang berserakan
Detak jantung seakan berhenti,
Menatap tumpukan jasad yang berpelukan
Dengan tubuh penuh luka dan berlumur lumpur
Tampak jelas rasa takut tergurat diwajah mereka.
Kedua kakiku lemas tak berdaya,
Bersimpuh seakan tak percaya
Hanya lingangan air mata,
Jatuh membasahi jasad kedua adikku.
Langit seakan runtuh,
Bumi seakan merekah,
Nafasku seketika terhenti
Menatap tubuh ibu tertimbun puing
Terlungkup menggapai adik-adikku
Mimpi itu kini tlah usai,
Setahun telahpun berlalu
Namun,
Dimana jasad ayah …..
Yang turun kelaut saat bencana
Sebelum jasadnya dapat kuraba
Selama itu harapanku takkan sirna
Semua bencana dan prahara datang dariNya
Aku harus tabah dan tegar
Seperti pohon mangga dibelakang rumah
Tak tergoyah,
Sekalipun gempa dan tsunami melanda
Aku harus belajar darinya
Untuk tegar dan tabah
Dan,
Dengan segumpal harapan
Aku senantiasa menanti
Kembalinya ayah jika dikehendakiNYA.
Des’06
Menerpa dan menerjang apa yang menghalang,
Menyapu rata ribuan manusia dalam jeritan
Semua hanyut laksana sampah tak berdaya
Bencana datang bagaikan mimpi,
Hanya sekelip mata semuanya rata,
Menyatu dengan lumpur,
Merambah ditiap sudut pandang
Sesaat aku terjaga,
Setelah lelah dalam perangkap bencana
Setiap sudut yang kupandang,
Semua musnah,
Hanya hamparan datar penuh limbah
Berbekal segumpal semangat,
Aku melangkah gontai tanpa arah
Dan tersesat dikampung halamanku
Meraba diantara puing-puing
Melangkah antara jasad yang berserakan
Detak jantung seakan berhenti,
Menatap tumpukan jasad yang berpelukan
Dengan tubuh penuh luka dan berlumur lumpur
Tampak jelas rasa takut tergurat diwajah mereka.
Kedua kakiku lemas tak berdaya,
Bersimpuh seakan tak percaya
Hanya lingangan air mata,
Jatuh membasahi jasad kedua adikku.
Langit seakan runtuh,
Bumi seakan merekah,
Nafasku seketika terhenti
Menatap tubuh ibu tertimbun puing
Terlungkup menggapai adik-adikku
Mimpi itu kini tlah usai,
Setahun telahpun berlalu
Namun,
Dimana jasad ayah …..
Yang turun kelaut saat bencana
Sebelum jasadnya dapat kuraba
Selama itu harapanku takkan sirna
Semua bencana dan prahara datang dariNya
Aku harus tabah dan tegar
Seperti pohon mangga dibelakang rumah
Tak tergoyah,
Sekalipun gempa dan tsunami melanda
Aku harus belajar darinya
Untuk tegar dan tabah
Dan,
Dengan segumpal harapan
Aku senantiasa menanti
Kembalinya ayah jika dikehendakiNYA.
Des’06